Penggunaan Media Daun dalam Pembelajaran Materi Aljabar pada Kelompok Belajar Tingkat SMP Kelas VII

Jurnal ini terinspirasi dari Karya Tulis yang berjudul "Pembelajaran Operasi Aljabar dengan Media Daun" oleh Priyo Suroso, S.Pd dari SMPN 3 Munjungan. Karya Tulis ini telah disajikan dalam Lomba Inovasi Pembelajaran Bidang Studi Matematika yang diadakan oleh LPMP Jatim dan meraih Juara II

PENGGUNAAN MEDIA DAUN DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALJABAR PADA KELOMPOK BELAJAR TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII
Unix Izyah Arfianti
H72218035
ABSTRAK
Matematika merupakan ilmu yang mampu mengasah kemampuan logika berpikir dan analisis. Hal tersebut memberi makna bahwa belajar matematika tentunya akan dapat mengarahkan siswa untuk berpikir logis, sistematis, kritis, dan praktis, sehingga dalam pengaplikasiannya para siswa dapat lebih peka terhadap permasalahan-permasalahan di sekitar. Masalah yang sering terjadi adalah siswa kesulitan dalam mempelajari matematika, salah satunya materi aljabar. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak bosan dan lebih mudah dalam menerima materi. Salah satunya menggunakan media daun.


I.          PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang Masalah
M
atematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu yang mampu mengasah kemampuan logika berpikir dan analisis.         Hal tersebut memberi makna bahwa belajar matematika tentunya akan dapat mengarahkan siswa untuk berpikir logis, sistematis, kritis, dan praktis, sehingga dalam pengaplikasiannya para siswa dapat lebih peka terhadap permasalahan-permasalahan di sekitar.[1]
Kekhawatiran akan kelulusan Ujian Nasional para siswa teruama pada mata pelajaran matematika masih terlihat karena sebagian siswa masih mengeluhkan matematika sebagian siswa masih mengeluhkan matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami. [2]
Salah satu materi pembelajaran matematika yang harus dikuasai oleh siswa kelas VII adalah aljabar. Semua orang pasti pernah menggunakan konsep aljabar dalam permasalahan sehari-hari, baik yang disadari maupun tidak disadari, khususnya bagi mereka yang pernah menempuh jenjang pendidikan, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan hasil yang memprihatinkan dalam pembelajaran aljabar. Banyak siswa yang meminta guru untuk mengulagi penjelasannya dalam setiap proses pembelajaran aljabar dan masih banyak siswa yang sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan persoalan yang terkait dengan aljabar.
Pembelajaran matematika di sekolah dalam enyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa untuk menumbuhkan minat terhadap matematika. Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik, namun jarang dimunculkan dalam proses pembelajaran matematika. Matematika lebih dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol.[3]
Upaya untuk membantu suatu pembelajaran agar siswa lebih bisa memahami, tertarik, dan tidak bosan dalam menerima materi khususnya materi aljabar bisa melalui media, teknik, metode, dll. Media dibagi menjadi tiga macam, yaitu: audio, visual, dan audio visual.  Dalam penelitian ini saya menggunakan media visual, khususnya daun.
1.2        Rumusan Masalah
1.2.1   Bagaimana cara penggunaan media daun dalam pembelajaran materi aljabar pada kelompok belajar tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas VII?

II.        KAJIAN PUSTAKA
Definisi atau ungkapan mengenai pengertian matematika yang dikemukakan oleh pakar matematika sangat beragam. Secara etimologis berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Matematika merupakan suatu ilu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu.[4] James dan Jemes menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.[5]
Belajar aljabar memerlukan keterampilan berpikir kritis. Penyelesaian masalah aljabar membutuhkan kemampuan mental dan kemampuan intelektual yang lebih tinggi[6] Pembelajaran aljabar menekankan variabel yang dihasilkan melalui proses generalisasi dengan membuat kalimat matematika dari berbagai keadaan.[7] Generalisasi yang dimaksud adalah proses menemukan bentuk-bentuk aljabardan menemukan persamaan matematika. Untuk melengkapi generalisasi tersebut, dalam pembelajaran aljabar juga diperlukan transformasi. Trandformasi yang dimaksud adalah menyederhanakan bentuk-bentuk tersebut, faktorisasi, substitusi, menyelesaikan persamaan, manipulasi dan ekuivalensi. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan kunci pokok pembelajaran aljabar.[8]
Aljabar merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran aljabar di sekolah mendapatkan alokasi waktu kurang lebih 12 jam pelajaran. Dengan alokasi waktu tersebut, siswa cukup banyak mendapat materi aljabaryang diberi oleh guru. Selama kurun waktu tersebut, dalam mempelajari aljabar Salamah, salah satu siswi SMP kelas VIII, menjelaskan bahwa aljabar merupakan suatu cabang matematika yang berhubungan dengan variabel dan persamaan, baik itu linier maupun nonlinier seperti persamaan kuadrat dan pangkat tiga. Dalam mempelajari aljabar, siswa harus memahami pola, hubungan, fungsi, menganalisis, dan menggunakan simbol-simbol aljabar menggunakan model matematika untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, siswa juga harus mampu memahami dan menganalisis perubahan dalam berbagai konteks.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti “perantara” atau ”pengantar”, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi dalam pengertian lain, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Banyak ahli dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1.         Syaiful Bahri Djamarah : Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan.
2.         Schram : Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan.
3.         Gagne : Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.[9]
Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media pembelajaran sebagai sarana pembelajaran adalah untuk segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajarpada diri peserta didik.[10]
III.      METODOLOGI / METODE PENELITIAN
3.1   Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kalitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif sujek) lebih ditonjolkan dalam penelitian ini.
3.2   Waktu dan Tempat Penelitian
Peneltian ini dilakukan pada tanggal 14 Desember 2018 hari Jumat. Penelitian ini dilakukan di rumah salah satu siswa kelompok belajar, tepatnya di Sidoarjo.
3.3   Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelompok belajar tingkat Sekolah Menengah Pertama Kelas VII.
3.4   Prosedur Penelitian
Langkah-langkah  pembelajaran materi aljabar melalui media  daun sebagai berikut.
Dalam penelitian ini saya menggunakan Daun Mangga sebagai simbol dari variabel x, Daun Pandan sebagai simbol dari variabel y, dan Daun Jambu biji sebagai simbol dari variabel z. Daun bebas bisa menggunakan daun apa saja, asalkan bentuknya berbeda agar lebih mudah membedakannya.
Pada operasi hitung penjumlahan suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan posisi daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan posisi daun terbalik. Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x = 5x, berarti tiga daun mangga digabungkan dengan dua daun mangga, hasilnya lima daun mangga. Sedangkan menjumlahkan suku sejenis tetapi berbeda koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (-2z) berarti 1 daun jambu biji digabungan dengan 2 daun jambu biji yang posisinya terbalik, hasilnya 1 daun jambu biji yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (-2z) = -z.  Sedangkan menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (-2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun jambu biji digabungkan dengan 2 daun jambu biji terbalik. Haslinya 5 daun mangga dan 1 daun jambu biji terbalik. Ini berarti 3x + z +2x + (-2z) = 5x + (-z) = 5x – z.
Pada operasi hitung pengurangan, mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannnya. Misalkan 2x - 5x diubah menjadi 2x + (-5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga terbalik.. Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = -3x. Sedangkan -3y + 4z – (-2y) diubah menjadi -3y + 4z + 2y berarti tiga daun pandan terbalik digabungkan dengan dua daun pandan hasilnya satu daun pandan terbalik, sedangkan empat daun jambu biji tetap karena tidak ada yang sejenis. Artinya -3y + 4z – (-2y) = -y +4z. Ketentuan lain sama dengan penjumlahan.
Pada operasi hitung perkalian, koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat. Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga berjajar dengan daun pandan. Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x × x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan dua tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan dua tali rafia). Y2z dilambangkan dengan satu daun pandan yang diikat denga dua tali dijajar dengan satu daun sanseivera. Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz × (-2z) berarti koefisiennya 3 × (-2) = -6, sedangkan variabelnya xz × z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun jambu biji, dan satu daun jambu biji. Karena daun jambu biji ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun jambu biji yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xy × (-2y) = [3 ×  (-2)] [xy × y] = -6 xy2
Pada operasi hitung pembagian, pembagian variablel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel x2y3z : x2y = y2z. Cara lain x2y3z : x2y = y2z dilambangkan dengan cara berikut: Yang dibagi= daun mangga yang diikat dengan dua tali, daun pandan  diikat dengan tiga tali, dan satu daun jambu biji. Pembagi = daun mangga yang diikat dengan dua tai, dan satu daun pandan wangi. Hasilnya sama dengan cara sebelumnya Ketentuan lain sama dengan perkalian.
Pada substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang dimaksud. Misalkan x = 3 dan y = -10 disubstitusikan pada -2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka tiga dan satu daun jambu biji ditempel perekat yang bertuliskan angka -10. Hasilnya adalah (-2 × 3) + (1 × -10) = -6 + (-10) = -16. Pengerjaan operasi gabungan pertambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perakaran, dan perpangkatan disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.

IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah menjelaskan operasi bentuk aljabar melalui diskusi kelompok, siswa  melakukan diskusi pleno, yaitu diskusi yang membahas hasil dari diskusi kelompok.
Lembar Kerja Siswa (LKS) dikerjakan secara berkelompok dengan harapan terjadi komunikasi antar kelompok. Pada saat diskusi pleno bisa terjadi komunikasi antar kelompok. LKS didesain sedemikian rupa supaya dalam penyelesaian terjadi diskusi untuk mendapatkan hasil sampai pada kesimpulan dari generalisasi pekerjaan dalam lembar kerja.
Dalam penjumlahan kegiatan ini dimulai dengan menjumlahkan dua suku sejenis dengan koefisien positif atau negatif yang mudah, sehingga jumlah daun mencukupi untuk praktik. Pada soal yang memiliki variabel x2, xy, dan konstanta tejadi diskusi. Pada saat ini bagi siswa atau kelompok yang dapat menemukan jawabannya diarahkan untuk menggeneralisasikan dari jawaban soal awal, yang memiliki dua suku sejenis.
Kegiatan pengurangan hanya dilakukan untuk dua suku sejenis. Sedangkan pengurangan suku tidak sejenis tidak dibahas karena konsepnya sudah dapat dipahami jika siswa tuntas pada soal-soal sebelumnya. Pada saat pengerjaan pengurangan tidak ada masalah yang muncul, karena semua siswa sudah memahaminya berdasarkan materi penjumlahan suku sejenis sebelumnya. Dalam mengerjakan soal substitusi, sebagian besar siswa dan kelompok tidak masalah karena mereka sudah tuntas pda materi “Bilangan Bulat”.
Dalam pembelajaran perkalian, penggunaan koefisien tidak berpengaruh terhadap penggunaan media daun, karena koefisien dikerjakan dengan operasi hitung bilangan yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada saat pengerjaan soal perkalian ini, siswa mengalami kesulitan pada soal yang memiliki jumlah media daun yang digunakan tidak mencukupi.
Pada kegiatan pembagian dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan perkalian, dimana koefisien dikerjakan terpisah dengan variabel. Suku yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan suku pembagi diletakkan di bagian bawah. Pada soal pembagian ini siswa mengalami kesulitan karena jumlah media daun yang digunakan tidak mencukupi.
 Soal-soal substitusi untuk perkalian dan pembagian sama dengn soal untuk penjumlahan dan pengurangan. Dalam mengerjakan soal-soal substitusi, hampir semua siswa atau kelompok tidak mengalami masalah untuk bilangan dengan pangkat tinggi. Meskipun kesulitan sebagian siswa dalam mengerjakan perhitungan bilangan berpangkat tinggi tetap diperhatikan.

V.        SIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari diskusi pleno sebagai berikut:
1.         Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2.         Sifat-sifat pejumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3.         Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku Watau lebih pada bantuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel sejenis. Variabel yang tiak sejenis tetap ada.
4.         Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu bentuk pangkat.
5.         Tingkat operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu: perpangkatan dan perakaran, perkalian dan pembagian, dan pertambahan dan pengurangan.

VI.      Daftar Pustaka
Ag, Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani. (2007). Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Baqie, A. Fuad Abd A-Baqie. (2018). Pengembangan Buku Ajar Aljabar dengan Menggunakan Worked Example. Skripsi S1. Surabaya: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Cahya, Aprin Zela. (2016). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA SMP KELAS VII MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8. Skripsi S1. Purworejo: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Hariyanto. (2012). Pengertian Media Pembelajaran. https://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/. 23 Desember 2018.
Hudojo, Herman. (2005). Teori Dasar Belajar Mengajar Matematika. Malang: UM Press.
In’am, Akhsanul. (2009). Evektivitas Pembelajaran Aljabar dengan Pendekatan Metakognisi. Yogyakarta: Pendidikan FMIPA UNY.
Santia, Ika. (2016). Analisis Proses Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Aljabar Ditinjau dari Gaya Belajar. Malang: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika UM.
Suherman, Erman, dkk. (2001). Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Bandung: Depdikbud.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2009). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,  Pemanaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.


[1] Aprin Zela Cahya, Skripsi: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA SMP KELAS VII MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8” (Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016), Hal. 2.
[2] Aprin Zela Cahya, Skripsi: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA SMP KELAS VII MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8” (Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016), Hal. 2.
[3] Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
[4] Herman Hudojo, Teori Dasar Belajar Mengajar Matematika (Malang: UM Press, 2005)
[5] Erman Suherman dkk, Strategi Belajar Mengajar Kontemporer (Bandung: Depdikbud, 2001)
[6] Ika Santia, “Analisis Proses Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Aljabar Ditinjau dari Gaya Belajar”, (Malang: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika UM, 2016), hal. 1002.
[7] Akhsanul In’am, “Efektivitas Pembelajaran Aljabar dengan Pendekatan Metakognisi”, (Yogyakarta, Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran, dan Terapannya, Pendidikan FMIPA UNY, 2009), hal. 5.
[8] A. Fuad Abd A-Baqie, Skripsi: “Pengembangan Buku Ajar Aljabar dengan Mengguanakn Worked Example”, (Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), hal. 11.
[9] Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian, (Bandung, CV Wacana Prima, 2009)
[10] Hariyanto, “Pengertian Media Pembelajaran”,  https://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/, pada tanggal 23 Desember 2018 pukul 23.03

Komentar